Berdasarkan data dari BNP2TKI, jumlah buruh migran asal jawa timur mencapai empat puluh tiga ribu dua ratus lima puluh tiga orang. Dua ribu di antaranya berasal dari kabupaten Jember. Kantung buruh migran terbesar di Jember, ada di kecamatan Ledokombo.
Adalah Suporahardjo dan Farhah Ciciek, pasangan suami istri yang memutuskan untuk meninggalkan pekerjaan tetap mereka di Jakarta, kembali ke kampong halaman mereka di Jember. Bersama sama, mereka membangun komunitas belajar tanoker dan menjadikan rumah mereka, sebagai rumah untuk anak-anak buruh migran.
Tidak hanya menjadi orang tua kedua bagi para anak buruh migran yang di tinggal bekerja oleh orang tua mereka, pasangan Supo dan Ciciek, juga menggagas kelompok kerja bagi para perempuan di desa, agar mampu mendapatkan penghasilan, tanpa perlu merantau hingga ke negeri orang.