Press Release
7th Engrang Festival
In Commemorating the International Migrant Workers Day
(Migrant Day) and Mother’s Day 2016
Thursday, December 15th, 2016

Ledokombo district is now moving dynamically. Crowned as an underdeveloped district, now Ledokombo turns into a warm district with full of hope and creative activities yet there are still many challenges found. Thus, these become spirit to find the innovative and creative solution together.

In 2009, some children with counselors created a study club named ‘Tanoker’ or Cocoon in Madurese. A number of projects became an embryo for the cultural wave development based on tradition. Not to mention some empowerment program developed to children and the community since last seven years. Eventually, during these few years Ledokombo children have been known with their ‘Egrang’ or stilts dancing skill, percussion and ‘sound mini’. They also have performed in some local and international events.

This tradition began the initiative to conduct ‘Egrang’ festival and made it as Tanoker’s annual events. Since 2009 Egrang festival has continued to grow and become a platform to promote the region and its products within Jember, national and international levels.

Egrang festival has reached its 7th year. The series of festival events are as follows:

  1. Tanoker Ledokombo Kids Jamboree (October 30th, 2016)
  2. Decorating Egrang Competition (November 8th, 2016)
  3. Handy Craft Competition / Product Innovation (December 10th, 2016)
  4. People’s Market: Product Exhibition and Bazaar of Ledokombo comunity and Some Tanoker’s Friends from Jember  (December 17th, 2016).
  5. ‘Egrang’ Parade and Photography Competition (December 17th, 2016)
  6. Selfie contest at Egrang Festival (December 17th, 2016, at 10-16.00 pm)

Through the 7th Ledokombo Egrang Festival, on international migrant worker anniversary and Mother’s Day 2016, let’s awaken the spirit and creativity of the community in order to create “Dunia Egrang Unik” in Ledokombo. Therefore, let’s have fun and build solidarity among the various elements of Ledokombo community as well as solidarity of humanity globally and stand up for the protection of migrant worker and family need fulfillment.

An attempt made to protect the migrant workers and family toward cultural approach which grow in Indonesia and keep open to the dynamic world culture. This is done because the synergy and openness are the local wisdom in Ledokombo. Migrant worker and ex-migrant worker have tremendous social experience. International experiences gained abroad, such as life skills, cooking various food abilities and not to mention their International languages acquisition to promote Indonesia from the village to the world.

As educational tourist areas in Jember, Ledokombo district continuously develops various tourism programs such as homes Home stay, culinary, crafts, cultural activities and tourist destinations. The contagious corporation among cross-sectoral, community and government give widespread support for tourism place development in the skirt zone. There are at least four villages in the Ledokombo district; they are the Sumberlesung, Sumbersalak, Ledokombo and Sumberbulus that are the initiators of educational tourism destination.

The upcoming programs would be tourism initiators training and  the development of some available tourism destination as well as the development of educational tourism destination such as  “Rumah Pintar” culinary, “Omah Belajar Migrasi”, “Local Hero Museum” and “Oleh-oleh” or special Local Product outlet of Ledokombo.

After all, prepare rural communities to participate in developing village through cultural activities which will impact on local economy development which is in line with Jokowi’s work plan “building the country from rural area “.

 


 

Press Release
FESTIVAL EGRANG 7
Dalam Rangka Memperingati Hari Pekerja Migran Internasional
Dan Hari Ibu 2016
Kamis, 15 Desember 2016

Kecamatan Ledokombo kini bergerak dinamis. Dari citra wilayah tertinggal dan bermasalah menjadi kawasan yang penuh kehangatan, harapan, terbuka dan  ramai dengan beragam kreaktifitas. Meskipun tidak dipungkiri masih banyak  tantangan di wilayah ini, nyata kini ada greget yang tinggi untuk mengatasinya secara bersama dan dengan cara-cara kreatif-inovatif.

Di desa Ledokombo, Kecamatan Ledokombo ini pada tahun 2009, anak-anak bersama berapa pendmpingnya menginisiasi Komunitas Belajar Ledokombo dengan nama Tanoker (bahasa Madura yang artinya kepompong) Ledokombo.  Fokus kegiatan Tanoker  menjadi embrio bagi perkembangan gerakan kebudayaan berbasis tradisi. Tanoker melakukan berbagai kegiatan pemberdayaan anak-anak dan masyarakat. Selama tujuh tahun terakhir ini, anak-anak Ledokombo telah dikenal memiliki keahlian tarian egrang yang dipadukan dengan musik perkusi maupun dendang lagu lagu dari “sound mini”. Mereka telah tampil diberbagai arena baik lokal, ke berbagai kota bahkan sampai ke luar negeri.

Hadirnya atraksi tarian egrang dan kegiatan lainnya ini melahirkan inisiatif ajang festival egrang yang kemudian menjadi salah satu kegiatan tahunan yang digelar oleh Tanoker. Festival Egrang telah dimulai sejak tahun 2010. Ajang ini telah digunakan sebagai kesempatan untuk mempromosikan wilayah dan produk masyarakat Ledokombo sehingga makin dikenal baik oleh masyarakat di sekitar, wilayah Kabupaten Jember, hingga meluas ke tingkat nasional dan internasional.
Festival egrang telah mencapai usia 7 tahun. Adapun rangkaian acara festival sebagai berikut :

  1. Jambore Anak Tanoker Ledokombo (30 Oktober)
  2. Lomba Menggambar dan Mewarnai Egrang (8 November)
  3. Lomba Kreaktifitas kerajinan Tangan/inovasi produk (10 Desember 2016)
  4. Pasar Rakyat : Pameran dan Bazar produk masyaakat Ledokombo dan “para sahabat Tanoker dari Kabupaten Jember (17 Desember 2016).
  5. Lomba Pawai Egrang dan Fotografi (17 Desember)
  6. Lomba Selfie Festival Egrang (17 Desember, jam 10-16.00 WIB)

 

Festival  egrang 7 yang dihadirkan  pada momen peringatan hari Buruh Migran Internasional dan Hari Ibu 2016 ini, telah didukung 300 relawan dari luar kabupaten Jember, berbagai wilayah Indonesia dan mancanegara bergandengan tangan berbagai unsur masyarakat dan pemerintah. Bersama  bangkitkan semangat dan kreatifitas   guna menciptakan “dunia egrang unik” di Ledokombo. Partisipan pawai berjumlah  655 orang/ 22 kelompok, 18 kontestan  lomba pawai dan 4 grup penampil tamu. Dimeriahkan kelompok-kelompok perempuan wirausaha, pegiat wisata, sponsor dan sahabat pendukung lokal, nasional dan internasional kami merayakan kebersamaan dengan meningkatkan solidaritas kemanusiaan yang bersifat Global (Global-Local).  Last but not least, menyuarakan perlindungan dan pemenuhan hak-hak buruh migran dan anggota keluarganya.

Upaya melakukan perlindungan terhadap BMI dan keluarganya dikemas menggunakan pendekatan budaya yang akarnya terdapat di wilayah Indonesia dan terbuka terhadap budaya dunia untuk didialogkan. Hal ini dilakukan karena sinergitas dan keterbukaan merupakan suatu bentuk kearifan local di Ledokombo.  BMI/ TKI Purna mempunyai  modal sosial yang luar biasa. Pengalaman-pengalaman internasional yang didapatkan di luar negeri, seperti kecakapan hidup maupun keahlian memasak aneka kuliner dan kemampuan berbagai bahasa internasional yang siap dimanfaatkan untuk memajukan Indonesia dari desa untuk dunia.

Sebagai kawasan wisata belajar di Kabupaten Jember, Kecamatan Ledokombo terus mengembangankan berbagai inisiatif kepariwisataan. Homestay (Rumah penginapan), kuliner, kerajinan, kegiatan budaya dan destinasi wisata. Sinergi berkelanjutan lintas sektoral, masyarakat dan pemerintah menjadi kekuatan pendorong pengembangan pariwisata desa. Setidaknya kini ada 4 desa di kecamatan Ledokombo yakni desa Sumberlesung, Sumbersalak, Ledokombo dan Sumberbulus yang menjadi lokomotif wisata belajar di dan dari desa. Kedepan pembinaan SDM pegiat wisata dan pengembangan destinasi yang ada serta pengembangan wisata belajar seperti “Rumah Pintar” kuliner, Omah belajar Migrasi, Museum pahlawan desa dan outlet oleh-oleh khas Ledokombo.

Memperkokoh penguatan masyarakat pinggiran dalam partisipasi pembangunan di desa melalui kegiatan kebudayaan yang berdampak pada pengembangan potensi ekonomi lokal seperti  yang dilaksanakan di Ledokombo ini, tentunya  sejalan dengan harapan pemerintahan era Jokowi yaitu “membangun negeri dari pinggirin”.

 

 

SHARE