Pada awalnya tanoker dikenal sebagai komunitas belajar untuk anak-anak. Banyak orang memuji dan terkagum-kagum karena sebagai tempat belajar masyarakat bisa bertahan hingga tahun kedelapan. Jika dilihat sebagai organisasi yang baru dirintis memang tergolong cepat perkembangannya. Hal apa saja yang menyebabkan perkembangan Tanoker seperti yang ada saat ini. Sumberdaya yang sekarang dimiliki Tanoker merupakan aset potensial yang memungkinkan Tanoker menjadi sebuah organisasi berekembang secara berkelanjutan. Perkembangan organisasi akan coba dikaji dengan menggunakan analisis kelembagaan yang diperkenalkan oleh Mark Renzi, yaitu An Integrated Toolkit for Institutional Development (jurnal Public Administration and Development, Vol 16, 469-483 (1996).
Menurut Renzi (1996) sebuah organisasi akan berkembang dengan sukses jika memiliki 5 modal utama yang baik, yaitu kaya dengan ide-ide baru (visi-misi), sumberdaya manajemen baik, sumberdaya manu
sia mumpuni, sumberdaya keuangan terkelola dengan baik, sumberdaya eksternal/jaringan terpelihara dengan baik. Secara sekilas akan coba dijabarkan Bagaimana kondisi tanoker terkait dengan 5 modal utama tersebut dari waktu ke waktu.
Dari sejak awal munculnya komunitas tanoker ini didedikasikan untuk menjadi forum belajar untuk masyarakat Ledokombo, terutama dalam menemani tumbuh kembang anak-anak desa di kecamatan Ledokombo—yang sebagian besar ditinggalkan orang tuanya menjadi pekerja migran ke kota-kota besar di Indonesia dan ke luar negeri.
Motor utama penggerak berdiri nya Tanoker ini adalah anak-anak, anak-anak perintis utama sekarang sudah berada di bangku kuliah, jadi mengawal proses perjalanan Tanoker sampai sekarang ini adalah dalam upaya memelihara mandat dan mimpi anak-anak generasi pertama ini. Anak-anak melalui pendekatan budaya, dengan merevitalisasi permainan egrang dan perkusi sebagai media interaksi antar anak-anak sehingga menjadi modal sosial membangun kepercayaan diri anak dan jaringan sosial serta manjadi pemicu perubahan sosial di kawasan Ledokombo. Hanya gara-gara egrang yang dimodifikasi oleh anak-anak dari fungsi aslinya sebagai alat bermain berjalan dan balapan menjadi alat pertunjukan tarian yang menghibur, telah menggerakkan perubahan sosial ekonomi di kecamatan Ledokombo. Kelompok perempuan ibu-ibu memproduksi souvenir (produk kerajinan tangan), muncul kelompok kreasi kuliner lokal, bertambahnya Homestay (kurang lebih 100 kamar), kreasi provider outbound berbasis permainan tradisional, menjadi kunjungan destinasi wisata setiap akhir minggu. Sekarang Ledokombo telah menjadi salah satu tujuan destinasi kampung wisata belajar di kabupaten jember, mulai banyak wisatawan lokal datang ke Tanoker dengan keluarganya hanya ingin merasakan bermain egrang dan mendengarkan cerita perjalanan usaha tanoker melestarikan permainan tradisional egrang di Ledokombo. Pada bulan november 2017 yang lalu Tanoker mendapat penghargaaan dari Dinas Pariwisata propinsi jawa Timur sebagai salah satu tujuan destinasi wisata buidaya No 2 se Jawa Timur setelah tempat ziarah Gus Dur (No 1).
Munculnya sumberdaya baru yg berdampak secara ekonomi dan sosial juga mendorong Tanoker memperbaiki manajemen untuk mengelola sumberdaya tersebut menjadi lebih produktif (manajemen handicraft, manajemen kuliner lokal, manajemen homestay, manajemen provider outbound, manajemen kunjungan wisatawan, manajemen pendampingan anak-anak dengan konsep pengasuhan anak secara kolaboratif perlu dukungan yang lebih baik dalam manajemen sekolah ibu-ibu, manajemen sekolah bapak-bapak dan manajemen sekolah eyang-eyang dan manajemen jaringan). Semua sumberdaya ini tidak akan dapat dikelola dengan baik tanpa dukungan sumberdaya manusia (SDM) yang handal, tangguh, memiliki dedikasi dan empati yang tinggi serta disinari cahaya ketulusan .
Di masa depan Tanoker mungkin akan menjadi organisasi yang berkelanjutan karena sudah mimiliki modal yang baik dalam mendukung tumbuh kembang diri nya sebagai sebuah organisasi. Pertama, memiliki banyak ide-ide untuk upaya pemberdayaan buat masyarakat di sekitar Kecamatan Ledokombo;kedua, sumberdaya yang ada terus bertambah dan menjadi tambahan aset baru di Tanoker, awalnya tarian egrang dan perkusi selanjutnya terbentuknya kelompok ibu-ibu memproduksi kerajinan, masyarakat sekitar menyediakan homestay, muncul kelompok kuliner lokal, tanoker menjadi tujuan destinasi wisata budaya, dan menjadi provider outbound berbasis permainan tradisional; ketiga, dari segi keuangan sebagian SDM dan program di Tanoker sudah mulai dapat didukung secara mandiri dari usaha berbasis komunitas yang mulai berkembang di Tanoker—seperti kerajinan, homestay, kuliner dan pengelolaan kampung wisata belajar serta fasilitasi outbound. keempat, dukungan komunitas dan pemerintah di tingkat Kecamatan Ledokombo dan di tingkat Kabupaten Jember serta jaringan tanoker yang kuat baik di tingkat lokal, nasional dan internasional.
Mesikpun begitu, Tanoker masih pada tahapan expanding/consolidating.kalau dilihat dalam tahapan perkembangan organisasi menurut Renzi (1996), tahapan awal (start-up) mulai tahun 2009 – 2013, yang pembentukannya dirintis oleh anak-anak generasi pertama sudah bisa dilewati dengan baik, tahapan kedua (development) dimulai dengan mengembangkan program-program baru dengan banyak keterlibatan relawan mahasiswa dan pengorganisasian komunitas yang lebih luas, melibatkan ibu-ibu, bapak-bapak dan eyang-eyang, tidak hanya fokus anak-anak dibandingkan tahap awal. Pada tahap “pengembangan” ini (2014 – 2017) dalam perjalanan penuh dengan dinamika konflik antar anak, antar orang tua dan antar staf.
Mulai tahun 2018 ini Tanoker memasuki tahap expanding/consolidating. Dari segi gaya kepemimpinan, pembuatan keputusan lebih banyak melibatkan para pengurus yayasan dan partisipasi staf. Staf mulai memiliki peran penting dalam mengendalikan organisasi. Bukan monopoli pendiri organisasi lagi. Dalam perencanaan sudah diperluas dan diorientasikan ke strategi jangka panjang sesuai dengan misi yang akan dicapai. Fokus pada misi bagaimana membangun desa-desa di kecamatan Ledokombo menjadi desa ramah anak agar anak-anak tumbuh kembang dengan baik. Oleh karena itu, mulai tahun ini porsi kegiatan banyak berkaitan dengan upaya-upaya memperkuat pengelolaan pengasuhan anak secara kolaboratif berbasis komunitas. Tanoker berusaha membangun ruang-ruang agar tumbuh kembang anak baik dari segi psikologi/budaya, gizi, identitas anak, ekonomi dan kelembagaannya terfasilitasi dengan baik, khususnya di tingkat kampung/dusun. Sehingga tanoker secara kelembagaan nanti akan menuju tahap keberlanjutan (Sustaining) semoga berhasil Aaaamiiiin..*** (Lek Hang)