Jember merupakan salah satu kabupaten kantong pekerja migran yang ada di Indonesia dengan segala kompleksitas persoalan yang salah satunya adalah pengasuhan anak-anak yang mereka tinggalkan, baik bersama ibu, bapak, kakek, nenek, maupun saudara lainnya. Meskipun begitu, anak-anak yang oleh UNICEF disebut sebagai children left behind ini bisa dibilang tetap yatim secara social karena ruang kosong pengasuhan yang ditinggalkan oleh salah satu atau kedua orangtuanya belum bisa terisi dengan baik oleh pengasuh dan lingkungan sekitarnya. Dalam beberapa kasus, anak-anak buruh migran (ABM) ini menjadi lebih pendiam dan pemalu, namun ada pula yang kemudian lebih dominan sifat pemberontaknya karena merasa tidak memiliki orang tua dalam artian orang-orang yang mengasihi, mengawasi, dan mengasuh jiwa mereka.
Sebagai upaya mengisi kekosongan ruang pengasuhan tersebut, sejak 2009 Tanoker berupaya untuk menciptakan lingkungan yang lebih inklusif bagi anak-anak, terutama anak buruh migran. Dalam satu tahun terakhir, Tanoker memperoleh dukungan melalui Program Peduli. Dengan dukungan program ini, Collaborative Parenting Mainstreaming semakin digalakkan, tidak hanya melalui pendampingan anak-anak terutama ABM agar dapat semakin membaur dan nyaman berada di lingkungannya melalui berbagai kegiatan edukatif dan kreatif, lingkungannya juga didorong untuk menjadi lingkungan yang nyaman dan peduli pada mereka. Hal ini dilakukan melalui penyelenggaraan Sekolah Bok-Ebok, Sekolah Pak-Bapak, dan Sekolah Yang-eyang, karena mereka adalah “orang tua” yang akan tetap ada meski bapak dan ibu anak-anak dengan terpaksa harus menjadi pekerja migran. Dukungan juga terus digalang dari berbagai kalangan, dari pemerintah level desa, kecamatan, kabupaten, bahkan kementerian, kepolisian dan TNI, tokoh masyarakat dan tokoh agama, juga sekolah-sekolah. Melalui sinergi banyak pihak, diharapkan lingkungan yang ramah dan peduli terhadap tumbuh kembang anak-anak generasi harapan bangsa dapat segera diwujudkan.
Dalam paruh pertama pelaksanaan program peduli, ada banyak capaian yang telah diraih. Namun sebaliknya, masih banyak pula tantangan yang membutuhkan tangan banyak pihak untuk bekerjasama sesuai kapasitas masing-masing. Oleh karena itu, perlu diselenggarakan diskusi bersama untuk membahas update permasalahan dan tantangan, pemetaan peluang dan potensi, serta perumusan langkah ke depan sebagai optimalisasi Program Peduli demi masa depan anak yang lebih baik.
Rapat Koordinasi Optimalisasi Program Peduli ini dihadiri oleh sekitar 80 orang peserta yang terdiri dari beberapa jaringan komunitas Tanoker di kabupaten Jember, diantaranya adalah beberapa instansi SKPD kab. Jember, keterwakilan dari organisai kemasyarakatan Kab. Jember keterwakilan POLRI dan TNI serta seluruh staf Tanoker Ledokombo. kegiatan tersebut berlangsung sehari yang di mulai pukul 08.00 sampai dengan jam 16.00 WIB yang bertempat di Taman Botani Sukorambi Jember.
Diantara tujuan dilaksanakan rapat koordinasi optimalisasi program peduli tersebut adalah : Mendapatkan pengetahuan tentang situasi, kondisi, potensi, dan tantangan anak di kabupaten Jember, mendapatkan pengetahuan tentang ABM di Indonesia, khususnya di Jawa Timur, menyusun strategi untuk menyukseskan optimalisasi program peduli dan menyusun exit strategi pasca program peduli serta memperoleh memperoleh pemahaman tentang CPP