Pertanian merupakan salah satu aspek penting yang perlu diperhatikan secara intensif oleh seluruh masyarakat khususnya pemerintah. Kabupaten Jember memiliki potensi pertanian yang sangat luar biasa, mulai dari aspek geografis, sumberdaya alam hingga sumberdaya manusia yang sangat mumpuni untuk mengelola potensi tersebut. Seperti yang dilansir dalam https://www.jember.info/info/geografis-dan-topologi secara geografis Kabupaten Jember berada pada posisi 7059’6’’ sampai 8033’56’’ Lintang Selatan dan 113016’28’’ sampai 114003’42’’ Bujur Timur. Wilayah Kabupaten Jember mencakup area seluas 3.293,34 Km2, dengan karakter topografi dataran ngarai yang subur pada bagian tengah dan selatan serta dikelilingi pegunungan yang memanjang batas barat dan timur. Oleh karena itu Kabupaten Jember sangat sesuai dalam pengembangan potensi pertanian berbasis potensi sumberdaya lokal dan inovasi modern.
Kabupaten Jember memiliki beberapa komoditas potensial disetiap wilayahnya, seperti di wilayah barat dan selatan banyak ditemukan komoditas hortikultura dan pangan sedangkan di wilayah utara dan timur banyak ditemukan komoditas pangan dan perkebunan. Hal tersebut juga dapat dikembangan secara spesifik wilayah, menyesuaikan dengan letak geografis sehingga komoditas yang ditanam juga sesuai. Seperti halnya di bagian timur wilayah Kabupaten Jember, merupakan salah satu wilayah yang lebih tinggi dibanding wilayah lain di Kabupaten Jember. Hal ini juga didukung dengan sumber irigasi yang baik, lahan yang subur berundak dan masih menyimpan kekayaan emas hijau khususnya pada komoditas pangan seperti padi, jagung dan umbi-umbian. Kesempatan ini dimanfaatkan oleh Kelompok Tani Kenconowungu yang ada di Dusun Paluombo Desa Sumbersalak Kec. Ledokombo Kab. Jember untuk memulai mengembangkan potensi yang masih tersisa. Menggunakan benih-benih lokal, memanfaatkan limbah ternak sebagai bahan nutrisi tanaman, memanfaatkan tanaman liar untuk perlindungan tanaman dan mencoba menggerakkan ekonomi kelompok melalui produk hasil budidaya anggotanya.
Salah satu program kelompok yang dilakukan adalah melalui proses pembelajaran terkait budidaya sehat, memproduksi hasil budidaya sehat dan mendistribusikannya langsung kepada konsumen dalam bentuk produk sehat. Tentunya hal tersebut membutuhkan waktu, ketelatenan, kekompakan dan biaya yang harus terus terfikirkan. Komoditas yang pertama kali dicoba adalah budidaya padi dan jagung. Budidaya padi dan jagung oleh Kelompok Tani Kenconowungu memanfaatkan benih sisa sisa leluhur yang masih ada. Kelompok Tani Kenconowungu melakukan kegiatan tersebut bersama rekan-rekan mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Jember yang juga menjadi anggota Forum Benih Lokal Berdaulat. Rekan-rekan tim yang diberi nama sahabat kenconowungu mencoba membawa beberapa jenis padi dan jagung lokal untuk dibudidayakan di Dusun Paluombo Desa Sumbersalak Kec. Ledokombo Kab. Jember. Selain itu, rekan-rekan tim mencoba menggali benih-benih lokal yang ada disekitar wilayah tersebut, seperti yang diperoleh dari eksplorasi tersebut adalah jenis padi lokal jenis ketan “Siem”, ketan “Kotok”, ketan “Reng Gerengan” dan padi lokal jenis beras yaitu padi “Sidomuncul”.
Selain itu beberapa jenis padi pengembangan yang dibawa oleh rekan-rekan tim sahabat kenconowungu yaitu padi “Mentik Susu Wangi”, “Pendok Tuban”, “Waes Kalimantan”, “Dewi Ranti”, “Pelang” dll. Jenis-jenis jagung lokal yang dikembangkan adalah jagung Jowo, jagung Putih Ketan, jagung Hitam dan Jagung Dara. Beberapa jenis tanaman lokal yang dikembangkan tersebut ditanam dilahan anggota kelompok juga lahan percobaan milik kelompok tersebut. Kegiatan bersama kelompok Kenconowungu dilakukan sejak tahun 2017. Tidak mudah membawa kembali benih lokal kepada masyarakat dan meyakinkannya untuk kembali menanam benih lokal dan merubah sistem budidaya mereka menjadi lebih sehat dan kedepannya hasil panen akan menjadi produk yang memiliki kualitas yang bagus dari segi kesehatan. Pendekatan melalui kegiatan bersama rutin dilakukan oleh kami. Kegiatan kami sangat terbantu oleh dua aktivis lokal sepasang suami istri yaitu Bapak Ervan dan Ibu Muflihatun.
Awalnya kegiatan dilakukan dengan membuka diskusi rutin setiap hari selasa bersama kelompok, untuk hanya sekedar bertukar pendapat, ide dan gagasan untuk pelaksanaan kegiatan bersama kedepannya. Banyak kegiatan yang direncanakan akan tetapi tidak semua kegiatan berjalan dengan baik atau sesuai dengan harapan. Salah satu kegiatan yang berjalan dan dilakukan mulai dari tahun 2017-2018 saat ini adalah diskusi bersama setiap hari selasa, pembuatan PGPR, pembuatan probiotik bersama mahasiswa dan kelompok kenconowungu sebagai instruktur, percobaan budidaya organik, pembuatan produk kelompok, dan lainnya. Jatuh bangun untuk terus dapat mendampingi kelompok Kenconowungu juga dirasakan selama satu tahun belakangan, mulai dari kehilangan Kenconowungu yang tersisa membuat kami menjadi ikut semangat terus melakukan pendampingan.anggota kelompok Kenconowungu yang tersisa 3 orang yang aktif dan juga anggota tim sahabat kenconowungu yang tersisa beberapa orang saja yaitu Bapak Jazuli, Bapak Rasyid dan Bapak Ervan.
Membutuhkan waktu kurang lebih sampai pada akhirnya kelompok kenconowungu berani mengeluarkan produk beras mentik susu dan benih mentik susu, berkat dorongan dan tekat dari anggota kelompok dan tim sahabat kenconowungu yang sangat ingin memiliki produk unggulan produksi kelompok petani berbasis tanaman lokal. Tidak hanya mampu menjual gabah kering sawah atau siap giling saja, akan tetapi juga mampu mengolah menjadi produk beras dan benih siap jual kekonsumen atau menjadi produk turunan lainnya yang bernilai ekonomi lebih tinggi. Selama ini petani hanya berpangku tangan menerima hasil produksi pertanian mereka dibeli dengan harga yang tidak sesuai oleh tengkulak atau pedagang kota, sehingga kerugian selalu ditanggung oleh petani. Informasi terkait harga suatu produk pertanian terutama harga untuk tanaman lokal yang sangat minim diterima oleh petani dan oleh tengkulak, sehingga tengkulak mengambil harga terendah terutama untuk tanaman padi. Harga gabah untuk kering sawah di beberapa desa di wilayah Kecamatan Ledokombo sendiri memiliki 3 kriteria, yaitu GH untuk harga terendah Rp. 4.500,00; Pandan Wangi untuk harga Rp. 4.800,00 dan IR 64 untuk harga tertinggi Rp. 5.000,00. Harga gabah untuk padi lokal dihargai dengan harga terendah yautu harga GH, karena hal tersebut banyak petani yang meninggalkan padi lokal yang sebenarnya memiliki kualitas lebih bagus. Dengan adanya kelompok tani yang mampu memproduk hasil panen mereka sendiri, maka harga hasil panen akan disesuaikan berdasarkan kesepakatan bersama kelompok, sehingga petani kelompok tidak merasa dirugikan. Misalnya saja kelompok Kenconowungu yang mampu membuat produk dengan nama kelompok dan mampu menjual dengan pasar yang pasti. Produk yang dijual tidak dalam bentuk produk mentah hasil panen melainkan produk yang sudah dijadikan beras ataupun benih yang memiliki nilai yang lebih tinggi, sehingga petani akan lebih diuntungkan. Kedepannya tidak hanya beras dan benih padi, akan tetapi juga ada jagung, kacang dan produk nutrisi untuk tanaman. Banyak kekurangan dan perlu adanya kritikan yang membangun untuk mengembangkan dan memperbaiki kualitas produk yang dihasilkan oleh kelompok tani kenconowungu ini. Kedepannya Kelompok Kenconowungu tidak hanya menaungi petani di wilayah Desa Sumbersalak saja, melainkan dapat menaungi petani-petani di seluruh Kec. Ledokombo. Sehingga gerakan ekonomi kelompok tani kenconowungu berbasis potensi sumberdaya lokal akan tercapai. Adanya dukungan dari masyarakat sekitar sangat penting bagi kami untuk terus mengembangkan produk-produk hasil petani-petani lokal di Kec. Ledokombo, agar kedaulatan pangan daerah benar-benar terwujudkan kedepannya.Tim Sahabat Kenconowungu