DRA. FARHA CICIEK, M.SI

Komunitas Tanoker yang didirikan Farha Ciciek berfokus pada kegiatan pemberdayaan anak-anak melalui pendekatan budaya. Selain membaca, menulis, memasak, menari, melukis, olahraga dan musik, Ciciek juga mengajarkan teknologi internet kepada anak-anak didiknya. Aksi inspiratif perempuan kelahiran Ambon ini mendidik anak-anak di desa Ledokombo, Jember, Jawa Timur  yang ditinggalkan orang tua mereka bekerja menjadi TKI.

 ***

Setelah lama bergelut di organisasi perempuan, kini Farha Ciciek dan suaminya, Supoharjo, memilih membangun pendidikan komunitas di Jember, Jawa Timur. Ia memilih daerah yang mayoritas masyarakatnya bekerja sebagai buruh luar negeri, buruh tani, dan sektor informal. Di kampung, Ciciek menghadapi berbagai persoalan, semisal anak putus sekolah, pengangguran, kekerasan terhadap anak, dan penyalahgunan narkoba. Justru di tempat yang sarat masalah sosial itu, Ciciek menyemai benih pendidikan kepada generasi muda dalam satu wadah bersama: Komunitas Tanoker. Tanoker dalam bahasa Madura artinya kepompong. Sekilas tak ada yang istimewa dari nama itu. Namun dari kepompong sederhana itu, tumbuh generasi baru bermasa depan cerah. Tanoker merupakan tempat pertemuan berbagai latar belakang, bangsa dan budaya. Pun, sengaja dikelola  untuk saling menguatkan demi menciptakan perdamaian, keadilan  dan kesejahteraan,  khususnya untuk anak-anak generasi penerus bangsa. Tanoker gencar mendampingi anak-anak setingkat sekolah dasar dan menengah pertama. Anggota Tanoker pada umumnya adalah anak para buruh migran, buruh tani, tukang ojeg, sopir, pedagang kecil, guru, dan pekerja rumah tangga. Sebagai rumah belajar, Tanoker telah mendorong pengembangan potensi sumber daya manusia di Jember menuju perubahan sosial yang lebih baik. Komunitas Tanoker yang didirikan Ciciek berfokus kepada kegiatan pemberdayaan anak-anak melalui pendekatan budaya. Selain membaca-menulis, memasak, menari dan melukis, olahraga, serta musik, Ciciek juga mengajarkan teknologi Internet kepada anak-anak. Aksi inspiratif Farha Ciciek ini mendidik anak-anak di desa Ledokombo yang ditinggalkan orang tuanya untuk bekerja menjadi TKI.

”Selama ini masyarakat hanya memperhatikan TKI-nya, padahal ada komunitas yang ditinggalkan oleh mereka yang juga patut diperhatikan,” katanya. Bersama sang suami, ia mencari cara untuk membangkitkan semangat anak-anak itu. ”Saya selalu percaya, budaya dan kesenian adalah alat persuasif yang membahagiakan. Beberapa tahun lalu, Ciciek pernah terpilih sebagai satu dari 1.000 PeaceWomen 2005 dan dinominasikan untuk hadiah Nobel Perdamaian. Egrang: Spirit Pendidikan yang Membebaskan Empat gadis kecil berseragam sekolah nampak riang menyanyikan lagu tradisional, mars Tanoker diiringi tabuhan perkusi. Di atas panggung alam, gundukan tanah, halaman belakang Tanoker, mereka unjuk kebolehan. Selain bernyanyi, pertunjukan yang paling menonjol di Tanoker adalah menari menggunakan egrang dan bermain perkusi.

Selama ini belajar atau sekolah selalu diasosiasikan dengan ruang kelas, bangku, papan tulis, dan guru yang mendiktekan pelajaran. Di Tanoker kehidupan sosial dan alam raya menjadi madrasah abadi. Dari permainan yang disuguhkan, terlihat jelas jika anak-anak Tanoker memang terlatih secara professional. Selama ini mereka telah unjuk kebolehan ke berbagai tempat, bahkan sampai ke luar negeri. Keahlian mereka bermain egrang sudah tak diragukan lagi. Saat bermain, menari diiringi musik, beberapa diantaranya hanya menggunakan satu egrang sebagai tumpuan. Luar biasa. Nampaknya Ciciek berhasil menemukan identitas kultural masyarakat Pandalungan Jember, dan menggunakannya sebagai medium belajar. Di Ledokombo, spirit pendidikan itu ada pada egrang. Permainan dari bambu yang sudah dimainkan di sana sejak zaman dahulu, tapi sempat terlupakan. Biasanya anak-anak bebas bermain egrang dari berbagai ukuran di halaman rumah yang luas.  Mainan egrang itu tak hanya dinaiki, tapi juga dijadikan tarian menarik yang diiringi musik. Bahkan juga dijadikan sebuah kompetisi. Ciciek juga mengundang teman-temannya dari Jakarta dan Australia untuk belajar bersama, menikmati permainan egrang.

Festival egrang pun diprakarsai untuk meningkatkan minat. Perlahan tapi pasti, rasa percaya diri tumbuh dalam diri anakanak Ledokombo. Egrang telah membawa perubahan besar. Desa Ledokombo yang termarginalkan itu mulai mendapat perhatian pemerintah daerah. ”Egrang menjadi sebuah ikon, alat pembebasan bagi anak-anak. Makanya, saya bilang ini adalah egrang perjuangan. Bagaimana bambu ini bisa memberi berkah yang membahagiakan,” Ujar Ciciek. Saat ini Ciciek kini tengah berjuang agar nasib anak-anak TKI mendapat perhatian dari dewan rakyat. Selain egrang, wanita kelahiran Ambon, 26 Juni 1963, ini juga berusaha mendorong anak-anak Ledokombo untuk belajar, yang dimulainya dari membaca. Fasilitas perpustakaan pun disediakan. Bahkan ia mengubah kolam ikan menjadi kolam renang. Siapapun yang mau berenang, wajib membaca satu buku. Sebuah cara belajar yang menarik. “Prinsipnya, belajar dengan bahagia,” imbuhnya.

PRESTASI/ ANUGERAH:

  • “Inovator For The Public” Penganugrahan Global Ashoka dari Yayasan Asoka.
  • “1000 women’s world peace” (1000 peace women).
  •  She Can Award (Tupperware Award).

BENTUK KONTRIBUSI:

  • Bersama Anak-anak Ledokombo (mayoritas anak-anak dan keluarga TKW) dan Suami mendirikan dan bergiat di komunitas Tanoker Ledokombo (Jember) kegiatan di www.tanoker.org) sejak 2009.
  • Salah satu pendiri dan menjadi Pembina  AIDA (Aliansi Indonesia Damai),  pendidikan dan penguatan terhadap korban bom “teroris”  dan m,asyarakat (terutama memberikan pendidikan perdamaian di sekolah2 umum/SMA ), 2013.
  • Pendiri, mantan mantan direktur, pengurus Rahima (Pusat Pendidikan dan Publikasi Islam dan Hak Perempuan). Pendidikan di pesantren dan madrasah sejak 2000.

KREATIF & INOVATIF:

  • Publications ( Magazines, Newspaper, Articles)
  • Mother Hagar (Bunda Hajar), Article, KOMPAS Newspaper, 2001
  • About Survival and  Sacrifice (with Rev.  Septemmy E. Lakawa), published in KOMPAS, 2002
  • Hijra Ummu Salama (with Daan Dini Khairunnida),  published by KOMPAS newspaper, 2002
  • Islamic Gift for Women, Article, Noor Magazine,  2005
  • Nawal as Mujahida, Preface for Nawal el Sa’adawi book (Indonesian edition), published by Kalyanamitra, Jakarta , 2006
  • Socialization of Gender injustice in the Legitimacy of Religious in Public Schools (a concern), Paper, published by LAPIS PGMI AusAid, 2009
  • Womens Struggle Within the Pesantren,  Journal of Asian Women’s Resource Centre for Culture and Theology, Vol 28 No 3, September 2009
  • Islamist feminism? : Syariah for the empowerment of women : the case of Indonesia’s Pesantren Al-Firdaus, University of Melbourne. Centre for Islamic Law and Society. ARC Federation Fellowship, 2010.
  • Caring for the  Moderate  Spirit of Young Generation (A side of Gus Mus) :  Based on Research  about Radicalization in Public Schools (Article, published by UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2009 and  Republishe by Interfidei (Institute of Interfaith in Indonesia) Yogyakarta, 2011.
  • Change from Below (Multicultural Expierence from Ledokombo), Presented in 20 years Interfidei  (Institute for Interfaith dialoque) Universary, Yogyakarta, November,  2011
  • Gus Dur and Minority Sexual Group Issues, Article for Simposium “Kristalisasi Pemikiran Gus Dur”, Jakarta, November, 2011
  • Written numerous articles on Islam and Gender issues in Swara Rahima Magazine, Since 2001- Present

Book

  • Book on Efforts to Overcome Domestic Violence (Islamic Perspectives). This book was published by the Gender and Religion Forum,  Women’s Solidarity Association and The Asia Foundation in  1999. The second edition was published by PT Gramedia, 2005.
  • With Iswanti, Neng Dara etc, The Journey to Create a New  World ”,  (Women’s’ Experiences, Cross-Religious Struggles), published by Kapal Perempuan  and the Ford Foundation, 2000.
  • The Legal Aid Institute – Association of Indonesian Women for Justice (LBH APIK) published one of her research papers (a collaboration with Ratna Batara Munti and  Encop Sofiah) entitled “Religion and the Standardization of Women’s Roles in Indonesia” in 2006.
  • With AD AEridani, Nur Rofi’ah, Lely Nur Rohmah,  A Manual on  “The Sexual and Reproductive Right for Pesantren Community (Moslem Perspectives), published  by Rahima, 2010.

Research 

  • Research on The Therapy of Narcotics Victims in Suryalaya Islamic Boarding School, Thesis for Bachelor Candidacy, IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 1985
  • Research team , The urban Kampoong in  Yogyakarta (Socio-Cultural aspects), Yayasan Pondok rakyat,  Yogyakarta , 1988
  • Research The Profile and Activities of Maslakul Huda  Boarding School, Pati, central Java, 1989
  • Research on The Qurânic Perspective on Poverty, Thesis in  order to complete Bachelors degree at IAIN Sunan Kalijaga  Yogyakarta , 1989
  • Research with Ruth I. Rahayu  on Kalinyamat Queen Legend andFree-Sex Culture in Jepara, with R. Indiyah Soewarno, Jayakarta Newspaper
  • Research Team, The annotation of Islamic Books in Indonesia (Decade 1980-1990), Interfidei, Yogyakarta , 1991.
  • Postgraduate Research,  Thesis entitled The Process of Conceptualization and Socializationof the Roles of Moslem Women (Case study in Pesantren Putri al Mukmin, Ngruki, Solo, 1995
  • Research Team, Religion  and the Roles of Women in Indonesia , LBH APIK,  Jakarta,1997-1998
  • Join Research with Dr. Suzanne Brenner of the Anthropology Faculty, University of California in San Diego , USA , on Kerudung (Muslim Women’s veils) as a socio-political phenomenon (Case  study in Yogyakarta and Surakarta ), 1992
  • Joint  Research with Dr. Suzanne   Brenner of the Anthropology Faculty, University of California in San Diego, USA, on Mapping the Movement of   Moslem Women in Indonesia, 1997.
  • The Contemporary Issues of Moslem Women in   Indonesia , Research fund from the Anthropology Department of UCLA, San   Diego 2001.
  • Rahima team (RAHIMA, The  Center for Education and Information on Islam and Women’s  Rights) on Women and Sharia (Cianjur, Banten, Tasikmalaya  and Garut) in West Java (2002)
  • Research on Sharia and gender issues in Pesantren al Mukmin  Ngruki, Solo (2003-2005)
  • Research on “fundamentalism in Public School in Indonesia  (Seven  Cities : Jakarta, Padang, Pandegelang, Cianjur, Cilacap, Yogyakarta and Jember)”,  HIVOS,  2007-2008.
  • SCN team, Research on “ ­Understanding gender-egalitarian policy change for a post-2015 development agenda: A perspective  from Asia, SCN Crest and United Nation Research  for Sosial Development UNRISD), 2013 – 2014.

KONSISTENSI: 13 tahun
DIGITAL USAGE:
FB : Farha Ciciek (https://www.facebook.com/farha.ciciek?fref=ts)
WEBSITE : http://id.tanoker.org/ (website lembaga)
PENGGAGAS TANOKER COMMUNITY
Tanggal Lahir: Ambon, 26 Juni 1963
Alamat: Jl Kantor Polisi, Simpang Tiga Desa Ledokombo, Kecamatan Ledokombo, Jember, Jawa Timur.
Email: malukuambon@yahoo.co.id
Pendidikan: Pasca Sarjana Sosiologi UGM , Yogyakarta 1995.
Organisasi/Lembaga : Tanoker Community
Jabatan: Pendiri

 

REFERENSI:

  • http://id.tanoker.org/index.php/liputan/item/55-farha-ciciek-pembebasan-lewat-sepotong-bambu.html
  • http://ernijuliakok.blogspot.com/2013/12/berbagi-nlp-dengan-komunitas-tanoker.html
  • http://peacewomenindonesia.tumblr.com/post/33764368316/farha-ciciek-pejuang-hak-perempuan-berperspektif-islam
  • http://www.tupperware.co.id/shecan/Default.aspx?page=detailWanita&wanita=98
  • http://id.tanoker.org/ (website lembaga)

Sumber : http://www.indihomewomenawards.com/dra-farha-ciciek-m-si

SHARE