Modul Pengasuhan Gotong Royong Sekolah Bok-Ebok Pengalaman dari Ledokombo
Tim Penulis:
Enik Jumiati, Siti Latifah, Farha Ciciek, Sisillia Velayati, Wivaqussaniyyah
Sambutan :
Prof.Dr.Melaini Budianta – Guru Besar pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia
Modul Pengasuhan Gotong Royong Sekolah bok-Ebok ini memberikan perempuan pengetahua, membangkitkan kepercayaan diri, serta membantu perempuan mengenali peran dan potensinya dalam keluarga dan msyarakat. Modul ini bukan hanya berguna untuk Ledokombo. Modul ini Pentng dibaca semua ibu, untu membangun masa depan Indonesia.
Dr Hj. Maria Ulfa Anshor – Ketua Lembanga Kemeslahatan Keluarga Nahdlatul Ulama (LKKNU) dan Pengurus Alimat; Penulis Buku Memutus Rantai Ketidak adilan Global Cara dalam Pengasuhan Anak Tenaga Kerja Indonesia Perempuan: Studi Penasuhan Anak TKI Perempuan pada Pesantren di Indonesia
Modul ini luar biasa unik. Sangat menginspirasi dan menggugah kesadaran pembaca (setidaknya saya). Kita harus belajar lebih dalam dari pengalaman Ledokombo yang hebat. Mereka melakukan pengasuhan gotong royong (collaborative parenting) layak anak mereka sendiri untuk menelamatkan anak-anak pekerja migran (APM) menemukan kembali hak pengasuhannya yang hilang. Melalui pengasuhan gotong royong dari bok Ebok di komunitas Ledokombo, telah mengangkat harkat dan martabat APM. Modul pengasuhan gotong royong ini menjadikan MODEL sekaligus terobosan yang layak direplikasi oleh pemerintah khususnya Kementrian Tenaga Kerja dan Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA)
Selamat untuk Tanoker dan Sekolah bok-Ebok
Rita Pranawati, MA – Wakil Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesai (KPAI) dan Kordinator Divisi Perundang-Undangan Majelisa Hukum dan HAM Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah’
Modul Pengasuhan Gotong Royong Sekolah Bok-Ebok ini memberikan warna bagi perlindungan anak di Indonesia melalui pengasuhan. Pengasuhan merupakan hulu pencegahan terhadap semua problem kekrasan terhadap anak. Modul ini sangat resposif terhadap perubahan sosial dan perubahan kehidupan keluarga di Indonesia ketahanan keluarga sangat terantung peran semua angita kelaurga Indonesia di era Global ini.
Dr. Wiwik Supartiwi, M.Kes. – Kepala bidang Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak di Dinas P3AKB Kab. Jember
Modul Sekolah bok-Ebok ini sangat inspiratif dan implementatif. Upaya menggandeng seluruh stakeholder terkait merupakan salah satu wujud tekad yang kuat bahwa pengasuhan anak merupakan tangung jawab kita bersama, seperti tertuang dalam moto ”anakku, anakmu, anak kita bersama”. Pemerintah sangat mendukung Sekolah bok-Ebok dengan modul pengasuhan gotong royong ini direplikasikan di wilayah-wilayah lain sesuai dengan kondisi Jember maupun kabuoaten/kota lain sebagai kabupaten/kota Layak Anak menuju terpenuhunya hak Pengasuhan alternatif yang aman, ramah dan melindungi hak anak.
Sekapur Sirih
Sekolah ibu-ibu atau, dalam bahasa madura, sekolah bok-ebok dilaksanakan di Ledokombo, Kabupaten Jember, Jawa Timur. Kegiatan ini mendapat animo yang besar dari masyarakat Ledokombo, juga beberapa pihak terutama wilayah asal pekerja migran Indonesia. Dari kegiatan ini pula lahir dua fasilitator dan pemimpin perempuan lokal, ibu Enik Jumiati dan ibu Siti Latifah, yang sampai saat ini aktif mengorganisir kelompok-kelompok ibu-ibu di Kecamatan Ledokombo.
Lama berproses bersama ibu-ibu di Kecamatan Ledokombo dalam Sekolah Bok-ebok dan berbagai kegiatan lainnya seperti pendidikan, ekonomi, sosial budaya dan kesehatan, Enik Jumiati dan Siti Latifah berinisiatif untuk menuangkan pengalaman-pengalaman kegiatan saling belajar itu dalam sebuah tulisan sebagai panduan belajar bagi sebanyak mungkin orang. Tekad dan semangat dua ibu tersebut dalam mengembangkan kapasitas diri, dari kemampuan bicara ke menulis, akhirnya menghadirkan modul ini. Modul Sekolah Bok-Ebok berangkat dari persoalan dan perspektif Ledokombo, sebuah kecamatan yang dalam empat dasawarsa terakhir banyak peduduknya pergi ke kota-kota besar bahkan luar negeri untuk mencari nafkah. Namun lebih jauh diharapkan modul ini dapat dimanfaatkan oleh kalangan di luar Ledokombo.
Awalnya, Enik Jumiati dan Siti Latifah didampingi oleh pegiat Tanoker, Irawati Choirotun Nisa dan Galanta Obsetio Pax Humanica menuliskan beberapa topik yang berbasis pengalaman mereka. Mereka kemudian juga mengajak beberapa pegiat Tanoker, secara gotong-royong, untuk menyumbangkan beberapa topik penting dalam modul. Sisillia Velayati menulis dua materi yaitu Migrasi Aman dan Pengasuhan Gotong-Royong (Collaborative Parenting). Farha Ciciek menulis satu materi tentang Peran Perempuan dan Laki-Laki Dalam Keluarga dan Masyarakat. Wivaqussaniyyah menulis materi Makanan Sehat untuk Keluarga.
Sebelum modul ini ada, Sekolah Bok-ebok di Kecamatan Ledokombo dan beberapa wilayah di Kabupaten Jember sudah berjalan. Panduan dalam pembelajarannya menggunakan Panduan Teknis untuk Fasilitator “Mother School” Parenting for Peace yang didapatkan melalui kerjasama Tanoker Ledokombo dengan organisasi Women without Borders Austria di bulan Agustus 2014. Jalinan kerjasama untuk melaksanakan Training of Trainer (TOT) untuk sekolah para ibu yang kemudian oleh peserta disebut sekolah bok-ebok dalam bahasa Madura ini difasilitatori langsung oleh trainer senior Dr. Edit Schlaffer dan Dr. Ulrich Kropiunigg dari Women without Borders. Kerjasama ini dapat terlaksana karena didasari atas misi dan keprihatinan yang sama terhadap berbagai tantangan global terkait kehidupan perempuan, pengasuhan dan kekerasan termasuk radikalisme.
Saat itu, TOT diikuti oleh multipihak dari lembaga yang beragam, di antaranya Fatayat NU Cabang Jember, Fatayat anak cabang Kalisat, Aisyiyah cabang Jember, Gereja Kristen Indonesia (GKI) Jember, polisi wanita Polres Jember, pegiat Tanoker (kader lokal dan staf), pemerhati dari IAIN Jember dan perwakilan ibu-ibu Ledokombo. Dari TOT inilah kemudian dilaksanakan Sekolah Bok-ebok dengan menggunakan Panduan Teknis untuk Fasilitator karya Women Without Borders yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia sebagai tindak lanjut darinya. Panduan tersebut terdiri dari sepuluh tema yang setiap temanya diselesaikan dengan satu kali pertemuan dalam tiap minggunya. Setelah sepuluh tema dipelajari, ibu-ibu sepakat untuk melaksanakan wisuda unik. Selayaknya wisuda pada mahasiswa/mahasiswi di universitas di Indonesia yang mengenakan toga dan pakaian tradisional, ibu-ibu juga melakukannya. Uniknya, mereka berkreasi membuat toga dengan memanfaatkan dedaunan kering dan atau barang bekas yang ada di sekitar tempat tinggalnya. Tubuhnya juga berbalut pakaian khas masyarakat Ledokombo yang mayoritas Madura, disebutnya Kalambi Marlena.
Suasana wisuda bertambah meriah dan membahagiakan. Masing-masing kelompok peserta Sekolah Bok-ebok menyanyikan lagu atau yel-yel diatas panggung sederhana. Masing-masing ibu akan mendapatkan sertifikat tanda telah mengikuti sekolah ibu. Sesi wisuda diakhiri dengan ramah tamah, menikmati sajian aneka inovasi makanan dan minuman sehat berbahan lokal hasil olahan ibu-ibu. Ibu-ibu mengatakan, “Sekolah formal boleh lulus SD atau SMP, tetapi belajar harus setiap saat, tak terbatas usia.”
Proses penulisan sekaligus proses belajar yang cukup panjang akhirnya membuahkan draf naskah Modul Sekolah Bok-Ebok. Naskah kemudian disunting oleh sahabat Tanoker Sri Marpinjun (Mbak Pipin) yang mempunyai pengetahuan mendalam tentang parenting. Selain itu Sri Marpinjun juga berbaik hati untuk menulis kata pengantar buku ini. Menjahit berbagai tulisan dari beragam penulis dengan keunikan masing-masing penulisnya tidaklah mudah. Amal Taufik, salah seorang staf Tanoker, membantu menyelaraskan materi demi materi.
Modul ini adalah akumulasi kasih, dedikasi, perhatian, inspirasi dan sumbangan dari berbagai pihak. Oleh karena itu Tanoker dan tim penulis mengucapkan terima kasih kepada Women without Borders Austria, Tim Pengembangan Program Pusaka Sakinah Subdit Bina Keluarga Sakinah Dit Bina KUA & Keluarga Sakinah, Ditjen Bimas Islam Kementrian Agama RI, Lembaga Pengkajian Kemasyarakatan dan Pembangunan (LPKP) Jawa Timur, Yayasan Akses Indonesia (YAKIN), Yayasan Sosial Donders, Yayasan Tunas Alam Indonesia (Santai), Yayasan Wali Ati (Yasalti), P2TP2A Malang, Yayasan Prakarsa Swadaya Masyarakat (YPSM) Jember, PEKKA (Perempuan Kepala Keluarga), Institut Mosintuwu, KAPAL Perempuan, Migrant Care, AMAN Indonesia, Migrant Aid, Kongres Ulama Perempuan Indonesian (KUPI), AIDA (Aliansi Indonesia Damai), Next Edu, C-SAVE, Peace Generation, KUPI (Konferensi Ulama Perempuan Indonesia). Tanoker juga mengucapkan terima kasih kepada Program Peduli dan The Asia Foundation yang telah mendukung terwujudnya modul .
Tanoker dan tim penulis juga berterima kasih kepada peserta Sekolah Bok-ebok yang telah berbagi berbagai pengalaman hidupnya di Sekolah Bok-ebok yang digunakan sebagai acuan dan terekam dalam modul ini. Sungguh pengalaman yang tak ternilai harganya.
Terakhir, terima kasih kepada seluruh pegiat dan sahabat Tanoker yang telah menguatkan, memberi semangat, mengispirasi dan membantu dalam mewujudkan karya bersama ini. “Modul gotong-royong” ini merupakan langkah penuh harapan yang masih memerlukan penyempurnaan. Kami sangat mengharapkan masukan dari para pembaca, penerima manfaat, atau pihak-pihak lain yang mempunyai perhatian terhadap modul ini.
Terakhir, terima kasih kepada seluruh pegiat dan sahabat Tanoker yang telah menguatkan, memberi semangat, mengispirasi dan membantu dalam mewujudkan karya bersama ini. “Modul gotong-royong” ini merupakan langkah penuh harapan yang masih memerlukan penyempurnaan. Kami sangat mengharapkan masukan dari para pembaca, penerima manfaat, atau pihak-pihak lain yang mempunyai perhatian terhadap modul ini.
Semoga Tuhan yang maha rahim selalu memberikan limpahan rahmat kepada semua pembelajar yang pantang menyerah. Selamat membaca dan berkarya!
Ledokombo, Agustus 2018
Farha Ciciek
Ketua Tanoker